• JL.Cisondari No 191812
  • 0225940000
  • desacisondarimandiri@gmail.com
INFO
  • VISI DAN MISI DESA CISONDARI : TERWUJUDNYA DESA CISONDARI YANG AMAN, SEHAT SEJAHTERA, BERPRESTASI, BERBUDAYA DAN BERAKHLAK Mulia Visi dan Misi

Mengenang Kisah Serangan Umum 1 Maret 1949

03 Maret 2019 Usep Suhendar Berita Desa Dibaca 1.471 Kali

Di kutip dari KOMPAS.com - Peristiwa serangan umum 1 Maret 1949 menjadi salah satu momen bersejarah dalam perjalanan bangsa Indonesia. Saat itu, selama 6 jam, militer dan rakyat Indonesia menguasai Yogyakarta, yang merupakan ibu kota negara, untuk menunjukkan perlawanan kepada Belanda dan Sekutu. Komandan Brigade 10/Wehrkreise III, Soeharto, membagi pasukannya dalam tujuh sub yang bertugas menguasai Yogyakarta.

Dilansir dari Harian Kompas, 1 Maret 1973, beberapa waktu sebelum melakukan penyerangan, muncul Perintah Operasi di Staf Komando Aktif Bibis yang menyatakan agar segera melakukan serangan umum di Yogyakarta. Letkol Soeharto mendapatkan perintah untuk merumuskan strategi dan taktik penyerbuan. Setelah pembagian sub, Soeharto mulai menjalankan rencananya. Dua minggu sebelum hari H, kesatuan-kesatuan dalam kelompok mulai menyusup ke Kota Yogyakarta. Dapur umum telah dipersiapkan untuk menjamin logistik pangan pasukan tempur dan gerilayawan sebanyak 2.000 orang. Dilansir dari laman Kemendikbud, Soeharto dan pasukannya mendapatkan bagian untuk menyerang sektor barat Yogyakarta sampai Malioboro.

Ada kisah menarik dari rangkaian persiapan serangan umum yang direncanakan dilakukan pada 1 Maret 1949. Pasukan di bawah pimpinan Letnan Komaruddin lebih dulu melakukan penyerangan pada 29 Februari 1949, karena mengira bulan Februari berakhir pada tanggal 28. Pasukan ini melakukan penyerbuan di daerah Kota Yogyakarta sampai daerah Kantor Pos, selatan jalan Malioboro. Penyerangan berhasil hingga menguasai daerah tersebut. Akan tetapi, karena salah perhitungan tanggal, pasukan ini hanya bergerak sendiri sehingga dengan mudahnya dipukul mundur oleh tentara Belanda.

Pasukan langsung memutuskan mundur karena kondisinya tak memungkinkan melakukan perlawanan. Keesokan harinya, 1 Maret 1949, seluruh kekuatan dikerahkan untuk melakukan penyerangan. Sirine yang menjadi penanda berakhirnya jam malam, oleh pasukan Indonesia digunakan sebagai sinyal untuk memulai serangan. Pertempuran memuncak sekitar pukul 11.00, ketika bala bantuan musuh datang dari arah Magelang yang terdiri dari pasukan kavaleri NICA dan komando Gajah Merah. Pasukan Indonesia akhirnya mundur setelah selama enam jam menguasai Yogyakarta, dan menuju Tanjungtirto serta Maguwo keesokan harinya. Untuk mengenang peristiwa serangan umum 1 Maret 1949, dibangun sebuah monumen yang diresmikan pada 1 Maret 1973 oleh Presiden Soeharto, dihadiri oleh Hamengku Buwono IX dan pejabat resmi negara lainnya. Presiden Soeharto berjalan kaki dari Gedung Agung menuju ke lokasi monumen yang dikenal dengan sebutan "Enam Jam di Jogja" Ketika peresmian, sirine, lonceng gereja, bedug majid, ketongan surau dibunyikan selama satu menit untuk mengingat perjuangan pada masa lalu.

Sumber Berita
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Sejumlah Kisah di Balik Serangan Umum 1 Maret 1949", https://nasional.kompas.com/read/2019/03/01/13182911/sejumlah-kisah-di-balik-serangan-umum-1-maret-1949. 
Penulis : Aswab Nanda Pratama
Editor : Inggried Dwi Wedhaswary





 

 
 

 

Silakan tulis komentar dalam formulir berikut ini (Gunakan bahasa yang santun)
Formulir Komentar (Komentar baru terbit setelah disetujui Admin)
CAPTCHA Image
Isikan kode di gambar